Rancangan Armani, seragam SD Jepang harganya mencapai Rp 13 juta


Sekolah Dasar Taimei di diskrik Ginza, Tokyo, berencana memperkenalkan seragam baru yang harganya mencapai 80.000 Yen atau Rp 13,2 juta. Seragam tersebut terdiri dari jas, celana, dan rok yang dirancang oleh merek busana ternama asal Italia Armani.

Kebijakan baru ini tentu saja memicu protes dari wali murid. Pasalnya, harga seragam semahal itu hanya akan menempatkan mereka di bawah tekanan finansial, sementara banyak keperluan lain yang harus dipenuni.

Dilansir dari laman Asia One, Sabtu (10/2), selama ini, siswa sekolah tersebut mengenakan seragam standar atau hyojunfuku yang terdiri dari jas, celana, rok, kemeja, dan topi dengan harga kurang lebih 20.000 Yen atau Rp 2,5 juta. Meski seragam tersebut bersifat sukarela, namun hampir semua murid mengenakannya.

Pada November tahun lalu, sekolah mengeluarkan surat pengumuman yang disahkan kepala sekolah Toshitsugu Wada tentang perubahan seragam. Dalam pemberitahuan itu, Wada hanya menjelaskan bahwa seragam baru tersebut lebih sesuai jika dikenakan oleh murid sekolah di Ginza.

Namun yang mengejutkan, harga seragam tersebut berkali-kali lipat bedanya dengan seragam sebelumnya. Dengan empat item sama, ditambah sebuah sweter opsional, harga seragamnya menjadi 80.000 Yen.

Para wali murid dengan kompak mengadu kepada Dewan Perwakilan Rakyat setempat tentang harga seragam itu. Para anggota dewan pun langsung menggelar rapat komite anggaran dengan Menteri Keuangan Taro Aso. Aso sendiri mengomentari bahwa harga seragam itu terbilang cukup mahal.

Kini, dewan sedang menunggu penjelasan dari kepala sekolah terkait peraturan seragam baru ini.

"Kami telah meminta kepala sekolah untuk menjelaskan alasannya memberlakukan perubahan seragam ini," kata Takashi Ito, Direktur Bagian Urusan Umum dari Sekretariat Dewan Pengajar.

Tidak hanya mengundang respons dari wali murid, pejabat pemerintahan juga turut mengomentari tentang mahalnya harga seragam ini. Menteri Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains dan Teknologi Yoshimasa Hayashi mengatakan seharusnya pihak sekolah tidak memberlakukan kebijakan yang memberatkan wali murid.

"Penting bagi sekolah untuk tidak menambah beban keuangan para wali murid. Saya berharap sekolah itu mengambil keputusan setelah melakukan diskusi menyeluruh dengan para wali murid," tegasnya
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar